Jurnal Internet Addiction


INTERNET ADDICTION
Renyta Jublina Elisabeth Sinaga
Mata Kuliah Psikologi dan Teknologi Internet, Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma


Center for Internet Addiction Recovery Homepage | HealthyPlace

            Internet  addiction  telah  menjadi  masalah  serius  dan  dianggap sebagai  salah  satu  masalah  kejiwaan.  Menurut  Young  (1996)  pecandu internet  adalah  individu  yang  memiliki  kecenderungan  yang  kuat  dalam melakukan   aktivitas-aktivitas   yang   hanya   dilakukan   sendiri   (solitary activities)   dan   membatasi   aktivitas   sosial.   Penggunaan   internet   yang patologis  merujuk  pada  ketergantungan  psikologis  terhadap  internet.  Hal ini ditandai dengan meningkatnya waktu  yang digunakan uang, usaha dan lain-lain  untuk  kegiatan  yang  berkaitan  dengan  internet,  merasa  cemas, sedih,  gelisah  jika  tidak  dapat  mengakses  internet  dan  menyangkal  akan adanya masalah perilaku.  Internet  addiction    merupakan  ketidakmampuan  individu  untuk mengontrol  penggunaan  internetnya,  yang  dapat  menyebabkan  terjadinya masalah psikologis, sosial, dan pekerjaan pada kehidupan individu tersebut (Young   and   Roger   1998;   Davis   2001).   Lebih   lanjut   Griffith   (2005) menekankan  bahwa   internet  addiction   adalah   technology  addiction, dimana   hal   ini   merupakan    behavioral   addiction   yang   melibatkan hubungan antara manusia dan komputer.

Faktor Etiologi Internet Addiction
Faktor etiologi adalah pembahasan tentang faktor-faktor penyebab bagaimana seorang individu dapat mengalami kecanduan internet atau internet addiction. Faktor etiologi internet addiction yaitu :
1.      Cognitive-behavioral Model
Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psycologhy karyanya, kognisi adalah konsep umum yang mencakup seluruh bentuk pengenalan, termasuk didalamnya mengamati, menilai, memerhatikan, menyangka, membayangkan, menduga, dan menilai. Sedangkan menurut Mayers (1996) menjelaskan bahwa kognisi merupakan kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindakberdasarkan penggambaran ini.Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa kognisi adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan.
Perkembangan kognitif pada seorang individu berpusat pada otak, dalam perspektif psikologi kognitif otak adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan seperti ranah afektif (rasa), dan ranah psikomotor (karsa).Tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang individu dapat berfikir.Selanjutnya, tanpa berfikir mustahil individu tersebut dapat memahami faedah materi-materi yang disajikan kepadanya.Akan tetapi fungsi afektif dan psikomotor pun dibutuhkan oleh individu, sebagai pendukung dari fungsi kognitif.
2.      Neuropsychological Model
Neuropsikologi adalah bidang psikologi klinis dan eksperimental yang berupaya mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi otak dengan proses dan perilaku psikologis. Istilah neuropsikologi telah digunakan untuk penelitian lesi pada manusia dan hewan.Istilah ini juga diterapkan untuk upaya mencatat aktivitas listrik dari sel-sel individual (atau sekelompok sel) pada primata-primata (termasuk manusia). Pendekatan neuropsikologi bersifat ilmiah, menggunakan neurosains, dan memiliki sudut pandang mengenai pemrosesan informasi yang sejalan dengan psikologi kognitif dan sains kognitif.
Neuropsikolog biasanya bekerja di tempat penelitian (seperti universitas, laboratorium, atau institusi penelitian), klinik, forensik, atau industri (sebagai konsultan untuk desain produk yang terkait dengan pengetahuan neuropsikologis atau manajemen percobaan klinis pada perusahaan farmasi untuk obat-obatan yang mungkin berdampak pada fungsi sistem saraf pusat).

3.      Compensation Theory
Kompensasi adalah sebuah strategi dimana prilaku yang satu menutupi atau melindungi, kelemahan, frustasi, nafsu, merasa lemah atau tidak mampu dalam satu area kehidupan lewat sesuatu yang menyenangkan atau keahlian di area lain. Kompensasi bisa menutupi lewat kehidupan nyata maupun imaginer ataupun personal maupun inferioritas fisik.Strategi kompensasi, bagaimanapun tidak sepenuhnya merupakan inferioritas. Kompensasi yang positif bisa menolong seseorang untuk mengakhiri suatu kesulitan.sebaliknya negatif kompensasi tidak, dimana kompensasi ini menghasilkan paksaan pada perasaan inferioritas.Ada dua jenis kompensasi negative, yaitu :
·         Kompensasi berlebihan , ditandai dengan tujuan superioritas, mengarah pada perjuangan untuk kekuasaan, dominasi, harga diri, dan devaluasi diri.
·         Kompensasi yang kurang , yang mencakup permintaan bantuan, mengarah pada kurangnya keberanian dan rasa takut akan kehidupan.

4.      Situational Factor
Faktor situasi adalah faktor dimana seseorang berada dalam kondisi yang mendorong ia untuk melakukan sesuatu yang diinginkan, seperti teman sebaya hal ini biasanya terjadi ketika seseorang secara sadar atau tidak dipaksa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dilakukan oleh  kelompoknya atau  kata lain ia mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tersebut. Didalam situasional faktor ini ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu :
·         Daya Tarik Fisik, dalam beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi penyebab utama Atraksi personal. Orang-orang yang berwajah cantik dan ganteng cenderung mendapat penilaian yang baik dan dikatakn mempunyai sifat-sifat yang baik.
·         Ganjaran, kita cenderung menyenangi orang yang memberi ganjaran pada kita.Ganjaran itu berupa bantuan, dorongan moral, pujian, atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita. Kita akan menyukai orang yang menyukai kita.
·         Familiarity, yaitu hubungan kita dengan orang-orang yang sudah kita kenal. Menurut Robert B. Zajonc, semakin sering orang melihat seseorang maka ia akan semakin menyukainya.
·         Kedekatan (Proximity), orang cenderung menyenangi mereka yang berdekatan dengannya, baik rumah, tempat tidur, tempat duduk, dan sebagainya.
·         Kemampuan, kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi daripada kita atau lebih berhasil dalam kehidupannya.Dalam penelitian Aronson, orang yang paling disenangi adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi tapi menunjukkan beberapa kelemahan.

Dampak Dari Internet Addiction
Dampak dari internet addiction dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori yaitu : akademik, hubungan interpersonal, finansial, pekerjaan, dan fisik (Young,1996) :
a.Akademik, pelajar menjadi sulit untuk menyelesaikan tugas, belajar untuk menghadapi ujian, dan kurang tidur akibat penggunaan internet yang berlebihan di malam hari. Selain itu, penggunaan internet berlebihan pada pelajar menyebabkan menurunnya prestasi bahkan dikeluarkan dari sekolah.
b. Hubungan interpersonal seperti pernikahan, hubungan orang tua dengan anak, dan hubungan yang sangat dekat juga dapat terganggu akibat penggunaan internet berlebihan. Seseorang dengan internet addiction secara bertahap akan mengurangi waktu untuk bersosialisasi di dunia nyata. Pada ibu rumah tangga dijumpai adanya kelalaian dalam menjaga anaknya.
c. Finansial, masalah finansial dijumpai akibat biaya penggunaan internet yang berlebihan tetapi sekarang dengan adanya penurunan tarif online menyebabkan pengguna dapat bebas menggunakan internet tanpa harus memikirkan biaya yang dikeluarkan.
d. Pekerjaan, pekerja cenderung menggunakan jasa internet perusahaan untuk mengakses kebutuhan pribadi pada saat jam kerja. Hal ini menyebabkan para pekerja tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
e. Fisik, pengguna internet cenderung menjadi kurang tidur sehingga menyebabkan keletihan yang berlebihan dan menurunkan imun pengguna internet. Penggunaan internet berlebihan juga meningkatkan risiko terjadinya keletihan mata, nyeri pinggang, dan carpal tunnel syndrome.

            Universitas Texas di Dallas mengemukakan beberapa akibat dari internet addiction – akibat dari penggunaan internet yang berlebihan, pada mahasiswa adalah sebagai berikut :
a. Menyebabkan kurang tidur dan rasa letih yang berlebihan
b. Semakin menurunnya prestasi
c. Berkurangnya interaksi dengan lawan jenis
d. Penurunan aktivitas sosial di kampus
e. Menimbulkan kegelisahan dan apatis pada saat offline
f. Mengingkari kondisi addictive pada si pengguna
g. Membentuk opini bahwa apa yang mereka temukan di internet lebih tinggi kedudukannya dibandingkan kemampuannya
h. Menghindari pertanyaan mengenai waktu penggunaan internet mereka serta apa-apa saja yang mereka lakukan dalam berinternet

            Berlama-lama online internet dapat membuat seseorang lupa waktu sehingga melalaikan jam tidur. Jika keadaan seperti ini dibiarkan terus-menerus akan menjadikan seseorang kecanduan, sehingga timbullah gangguan pola tidur yang semakin parah yang berakibat pada insomnia. Soetjipto (2007) mengemukakan bahwa gejala-gejala fisik dan psikis dari kecanduan internet sama dengan berbagai penyakit ketergantungan lainnya. Umumnya, penderita menjadi jarang tidur, mengalami gangguan penglihatan, gangguan tidur (insomnia) dan terkena depresi. Biasanya, para pecandu internet mengalami gangguan tidur karena terlalu banyak menghabiskan waktu online, kurang istirahat dan kesehatan fisik yang menurun. Pada remaja, kecanduan internet telah dilaporkan signifikan dengan depresi dan insomnia (Cheung dan Wong, 2011). Hasil penelitian Ebrahimi.A, dan Sadeghi.Z, (2011) mengemukakan bahwa remaja dengan internet addiction mempunyai masalah yang signifikan dengan kesehatan mental dan gejala somatik, kecemasan, insomnia, disfungsi social, dan mengalami depresi berat. Dewi, Noviana (2011) dalam hasil penelitiannya mengemukakan hasil koefisien korelasi antara kecanduan internet dengan insomnia menunjukkan hubungan yang kuat. Berdasarkan penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa gejala internet addiction meliputi merasa keasyikan dengan internet, menghabiskan banyak waktu dan uang untuk mengakses internet, tidak mampu mengontrol penggunaan internet, mengalami gangguan emosi (gelisah, cemas, depresi, cepat marah), kehilangan teman dan pekerjaan atau pendidikan, berbohong pada teman dan keluarga mengenai pemakaian internet, menjadikan internet sebagai tempat melarikan diri dari masalah, mengalami gangguan tidur (insomnia), merasa bersalah dan menyesal setelah menggunakan internet.
Tindakan Preventif Dan Intervensi Pada Internet Addiction
            Pelatihan kontrol diri yang dilakukan bisa memberikan manfaat dan dampak pada pengaruh yang diinginkan ketika individu tersebut ingin mengontrol dirinya. Pelatihan kontrol diri dapat membantu individu untuk menghadapi suatu kondisi yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Para ahli juga berpendapat kontrol diri bisa digunakan sebagai metode intervensi dan juga preventif yang dapat mereduksi efek negatifnya stresor di sekitar.
Menurut Averill (Ghufron dan Risnawita, 2010) ada beberapa aspek dalam kontrol diri :
1. Behavioral control, yakni kontrol dalam mengambil tindakan
2. Cognitif control, yakni bagaimana memodifikasi proses berfikir seseorang
3. Decission control, yakni kesempatan untuk memilih dan mengambil keputusan atau tujuan alternatif dari tindakan yang akan dilakukan.

            Kemampuan seseorang dalam mengontrol dirinya menurut Tangney, Baumeister dan Boone (2004) dipengaruhi oleh 3 aspek :
a. melanggar kebiasaan, berkaitan dengan perilaku diluar kebiasaan dan kurang mampu mematuhi norma sekitarnya
b. menahan godaan, berkaitan tentang bagai mana sikap dalam melakukan tugasnya
c. disiplin diri, berkaitan dengan bagaimana kemampuan untuk mengontrol dirinya.
            Averill (dalam Nurhayati, 2013) menyebutkan bahwa ada beberapa aspek-aspek kontrol diri pada individu, diantaranya mengontrol perilaku terdiri dari kemampuan mengatur pelaksanaan dan kemampuan mengontrol stimulus, mengontrol kognitif terdiri dari kemampuan mengolah informasi, kemampuan melakukan penilaian positif serta mengontrol keputusan atau kemampuan mengambil keputusan agar apa yang dilakukan individu mengarah kepada perilaku yang positif. Berdasarkan aspek yang termuat dalam self control dapat diketahui bahwa self control tidak hanya menekankan pada stimulus datangnya perilaku, tetapi juga rasionalis mengenai penilaian perilaku yang akan dimunculkan baik apa tidak. Besarnya efek yang ditimbulkan kontrol diri, beberapa peneliti menyebutkan jika kontrol diri dapat digunakan sebagai metode intervensi (Ghufron dan Rini, 2010). Kontrol diri tidak dapat berkembang begitu saja, namun kontrol diri dapat dikembangkan melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus. Pelatihan kontrol diri sangat bermanfaat untuk dapat mengembangkan kontrol diri itu sendiri dan memberikan dampak positif dalam pengelolaan emosi dan mengurangi perilaku yang buruk bagi individu (Muraven, 2010). Pelatihan sendiri merupakan salah satu cara pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan dilakukan meliputi pemberian kesempatan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan individu pada saat ini dan masa yang akan mendatang. Pelatihan dilakukan untuk memberikan kegiatan yang berfungsi meningkatkan kinerja seseorang dalam pekerjaan atau tugasnya sekarang. Pelatihan dilakukan untuk membantu individu agar menjadi lebih efektif (Afiatin, 2013).







 SUMBER


                Rahmawati, Ajeng Intan Nur. (2018). Internet Addiction pada Remaja Pelaku Substance Abuse: Penyebab atau Akibat?. Buletin Psikologi, Vol. 26 No. 1, hlm 64-70.

                Lestarianto, J. A. (2014). Hubungan Antara Internet. Keperawatan SI UMP

               Ramadhani, dkk. (2019). Pelatihan Kontrol Diri Untuk Mengurangi Kecenderungan Internet Gaming Disorder Pada Anak Usia Sekolah. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 7 No. 1.
Renyta J. Elisabeth Sinaga Hi! Don't forget to leave likes and comments. Hope you like it guys..
Tampilkan Komentar
Sembunyikan Komentar

0 Response to "Jurnal Internet Addiction"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel